Cara Pencegahan Medication Error pada Pelayanan Kesehatan

Cara Pencegahan Medication Error pada Pelayanan Kesehatan

Medication error merupakan masalah global dalam pelayanan kesehatan tidak terkecuali Indonesia. Banyak penelitian membahas tingkat Medication Error di rumah sakit, tetapi data untuk perawatan primer relatif langka. Karenanya pada artikel ini, akan dibahas gambaran tentang kondisi pelayanan Kesehatan pada tahap primer seperti klinik dan FKTP (Fasilitas Kesehatan Tahap Pertama), dan bagaimana tantangan ini dapat diatasi mulai dari pencegahan Medication Error hingga implementasi teknologi digital.

Contoh dan Bahaya Medication Error dalam Pelayanan Kesehatan

Medication error adalah kejadian yang dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau mengakibatkan penggunaan obat yang tidak tepat atau merugikan pasien ketika obat tersebut berada dalam kendali tenaga kesehatan, pasien, atau konsumen. 

Kesalahan ini bisa terjadi di setiap tahapan pengobatan, mulai dari pemberian resep hingga pemantauan efek obat pada pasien. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), medication error termasuk salah satu penyebab utama cedera pasien di seluruh dunia. Baik kesalahan dalam dosis, jenis obat, atau waktu pemberian, semuanya memiliki potensi menyebabkan dampak negatif yang serius terhadap keselamatan pasien.

Contoh nyata dari medication error di Indonesia pernah terjadi di daerah Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara (2019), dengan kasus pemberian obat kadaluarsa untuk pasien hamil dan ketidakjelasan dalam nama obat yang diresepkan juga kesalahan penulisan salinan resep yang menyebabkan pasien mengalami penurunan kesadaran setelah konsumsi obat.

Medication Error dan Tantangan Bersama

Medication error dapat terkait dengan: praktik profesional, produk, prosedur, dan sistem perawatan kesehatan, termasuk peresepan, komunikasi, pelabelan produk, pengemasan, dan nomenklatur, peracikan, pengeluaran, distribusi, administrasi, edukasi, pemantauan, dan penggunaan.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa medication error pada pelayanan kesehatan dapat terjadi dalam semua tahap mulai dari prescribing, transcribing, dispensing, administering, hingga using. Namun berikut ini adalah tiga kesalahan pemberian obat yang paling umum:

  • Kesalahan dalam memberikan obat, kekuatan dosis, atau bentuk sediaan.
  • Salah menghitung dosis; 
  • Gagal mengidentifikasi interaksi atau kontraindikasi obat.

Investigasi kejadian medication error perlu dilakukan secara menyeluruh mulai dari awal alur pelayanan obat seperti penyimpanan obat dan peresepan, hingga penggunaan obat oleh pasien. Di Indonesia, kasus-kasus medication error seringkali tidak terdokumentasi dengan baik, sehingga sulit untuk mengidentifikasi penyebab utamanya. Tantangan ini membutuhkan solusi komprehensif yang melibatkan semua pihak, dari tenaga medis hingga pasien itu sendiri. Tanpa sistem yang terkoordinasi dengan baik, risiko kesalahan ini akan terus menghantui pelayanan kesehatan.

Cara Menghindari Medication Error

Menghindari medication error memerlukan pendekatan multidimensi yang melibatkan SDM, edukasi pasien, serta penggunaan teknologi yang tepat. Berikut ini adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:

  1. Peningkatan SDM pada Pelayanan Kesehatan
    Tenaga kesehatan adalah ujung tombak dalam proses pengobatan. Memastikan bahwa tenaga kesehatan memiliki kompetensi yang cukup seperti pemenuhan persyaratan kuantitas dan kualitas adalah hal penting. Pelatihan rutin, sertifikasi, dan evaluasi kinerja menjadi cara untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan tenaga kesehatan dalam menghindari medication error.
  2. Memberikan Edukasi kepada Pasien
    Pasien dari klinik maupun FKTP lainnya sebagian besar merupakan pasien rawat jalan yang akan mengonsumsi obat secara mandiri. Edukasi mengenai kondisi penyakit/ kesehatan serta hal-hal terkait pengobatan penting untuk meningkatkan patient adherence. Ketika pasien lebih paham tentang obat yang mereka konsumsi, mereka dapat berperan aktif dalam meminimalkan kesalahan dalam pengobatan.
  3. Membangun Sistem Komunikasi yang Efektif
    Medication error paling sering terjadi ketika komunikasi tidak berjalan dengan baik. Karena itu, sistem komunikasi yang efektif antara dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya sangat penting untuk dijaga. 

    Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya membangun sistem dan komunikasi yang efektif : 
    • Mitigasi risiko dan identifikasi masalah.
    • Pembuatan dan pelaksanaan SOP sesuai kondisi.
    • Melakukan dokumentasi yang baik dan terstruktur.
    • Membangun sistem pengkajian pengobatan yang baik.
    • Membangun komunikasi yang baik, konstruktif, dan efektif antar personel.
  1. Menggunakan Sarana Pendukung yang TepatSalah satu cara yang paling efektif dalam mengurangi medication error pada pelayanan kesehatan adalah dengan memanfaatkan sarana pendukung yang tepat, termasuk teknologi digital. 

Digitalisasi di bidang kesehatan dapat meminimalisir medication error melalui rekam medis elektronik (RME) dan penggunaan sistem informasi yang lebih akurat. Teknologi ini memungkinkan dokter dan apoteker untuk melihat riwayat kesehatan pasien dengan mudah, termasuk alergi obat dan interaksi obat yang pernah terjadi. Dengan data yang tersimpan secara digital, risiko kesalahan manual seperti salah tulis atau salah interpretasi resep dapat diminimalisir secara signifikan.

Sistem yang menggunakan teknologi informasi (TI), seperti entri resep dokter yang terkomputerisasi, pengeluaran otomatis, administrasi obat dengan barcode, rekonsiliasi obat secara elektronik, dan catatan kesehatan pribadi, merupakan komponen penting dalam strategi pencegahan kesalahan pengobatan, dan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa sistem ini harus diterapkan secara luas.

Clinical Decision Support System (CDSS) adalah salah satu alat pendukung dalam pelayanan kesehatan yang membantu tenaga medis membuat keputusan yang tepat berdasarkan data klinis pasien. CDSS, yang terintegrasi dengan RME, dapat memberikan peringatan otomatis jika ada potensi medication error, seperti interaksi obat yang berbahaya atau kontraindikasi obat. Sistem ini juga dapat memandu dokter dalam memilih dosis yang tepat dan memperingatkan jika ada risiko alergi obat. RxPERT, misalnya, menawarkan fitur CDSS yang membantu mengurangi risiko kesalahan medis dalam penggunaan obat.

Dengan implementasi sistem informasi dan teknologi pendukung yang tepat, pelayanan kesehatan dapat menjadi lebih aman dan efisien. Medication error bukanlah tantangan yang tidak dapat diatasi, namun butuh kerjasama, komunikasi, dan teknologi untuk meminimalkan risiko dan melindungi keselamatan pasien.

Sumber

Kesalahan Pemberian Obat dan Pencegahannya. 2024. Dilansir dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519065/ 

Kasus Obat Kedaluwarsa Bidan Puskesmas Kamal Maura Diperiksa. 2019. Dilansir dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190823211304-12-424222/kasus-obat-kedaluwarsa-bidan-puskesmas-kamal-muara-diperiksa 

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences. 2022. Diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/413466-none-1d6e5bfb.pdf

Abha Agrawal.”Medication errors: prevention using information technology systems“.2009. Dilansir pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2723209/ 

Medication Errors: Managed Care Practice Issues. 2024. Diakses melalui https://www.amcp.org/concepts-managed-care-pharmacy/medication-errors 

NCCMERP.“About Medication Errors. 2024. Diakses melalui https://www.nccmerp.org/about-medication-errors 

Read more